Film tak cuma menjanjikan ilusi buta, tapi juga kolaborasi antar pemain yang penuh warna. Siapa dari kita bisa lupa masa-masa penuh melodi dari pasangan Benyamin Sueb dan Ida Royani dalam berbagai film seperti "Buaye Gile" dan "Tarzan Kota"? Keduanya begitu luwes mengisi peran masing-masing. Sedikit lebih baru, duet Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo di film karya Rudy Soedjarwo tidak mudah dilupakan.
Tentu saja, anggapan bahwa pasangan mega bintang akan selalu sukses mengisi sebuah film belum selamanya benar. Ambil saja contoh Al Pacino dan Robert "Bobby" de Niro pada film "Righteous Kill". Film yang berlatar kota New York, AS, memasangkan Pacino dan de Niro, dua aktor kelas berat yang kehadirannya dalam satu film dan berbagi banyak adegan begitu ditunggu pecinta film kolong langit. Sejarah panjang keaktoran mereka yang memukau lewat karya-karya 'klasik' seperti "The Godfather", "The Godfather: Part II", "Taxi Driver", "Scent of A Woman", dll., tak perlu lagi disangsikan keabsahannya.
Maka, ketika mereka bertemu pada sebuah adegan paling ditunggu dalam sejarah sinema di film "Heat", dengan latar meja kedai kopi yang menyimpan kecemasan, kita mau lebih. Sebab adegan itu terlampau cepat berlalu. Sebab semua tahu setiap gurat di kening de Niro, dan setiap kilatan mata Pacino begitu tinggi nilainya.
Sayangnya, tak semua yang penonton harapkan akan mereka dapatkan, seperti kata sebuah pepatah. Ada saja yang tak seronok dalam pemilihan pasangan peran. Mari simak siapa saja pasangan bintang terburuk dalam sejarah film, seperti pernah diungkaiMaxim.com:
Clint Eastwood and Burt Reynolds ("City Heat")
Burt Reynolds dikenang terutama lewat film lawas "Smokey and the Bandit". Sementara Clint Eastwood terlanjur punya nama setelah sukses dengan "A Fistful of Dollars" dan "Unforgiven." Burt mengeluhkan rahangnya yang sempat cedera di tempat pengambilan gambar. Tidak hanya itu, banyak yang menganggap perannya di film itu semakin mempercepat kejatuhan namanya.
Jennifer Lopez and Ben Affleck ("Gigli")
Populer dengan panggilan J.Lo, Jennifer Lopez lebih dulu dikenal di dunia seni peran. Keputusannya masuk industri musik membumbungkan popularitasnya. Dan Ben Affleck? Film "Good Will Hunting" membuatnya diperhitungkan di lingkungan Hollywood. Secara personal, Affleck dan J.Lo pernah berkasih-kasihan, hal yang memberikan mereka julukan Bennifer (kependekan dari Ben dan Jennifer). Sialnya, keintiman mereka di luar panggung tak lantas menular ke dalam peran.
Warren Beatty and Dustin Hoffman ("Ishtar")
Tak ada yang mampu menolak kebesaran Warren Beatty. Anda bisa lihat ia bermain lepas dalam "Bonnie and Clyde" dan "Bugsy". Kalimatnya yang legendaris, "This here's Miss Bonnie Parker. I'm Clyde Barrow. We rob banks." Sementara itu, Dustin Hoffman tiada beda. Tampil gemilang di beberapa film seperti "The Graduate", "Kramer vs Kramer" dan "Tootsie", Hoffman bukan anak baru. Namun, seperti Al Pacino dan Robert de Niro pada "Righteous Kill," mereka tak tak tampil 'maksimal' dalam "Ishtar".
Brad Pitt and Julia Roberts ("The Mexican")
Di Indonesia, paras Pitt mungkin pertama kali dikenali lewat serial "21 Jump Street". Bersama dengan Johnny Depp, ia menghibur publik dengan aksi-aksi memikat. Kini ia termasuk jajaran aktor mumpuni berkat "Seven", "Babel" dan "The Curious Case of Benjamin Button". Pun Julia Roberts. Kharismanya meletup-letup pada "Pretty Woman" dan "Erin Brockovich". Dibandingkan dengan "The Mexican", penampilan sejenak mereka dalam satu adegan di "Ocean's Eleven" justru lebih menggetarkan.
George Clooney and Catherine Zeta-Jones ("Intolerable Cruelty")
Jika tak tahan dengan tatapan Zeta-Jones, jangan salahkan diri Anda. Michael Douglas saja bisa luluh. Kelebihan miliknya itu terlihat pada "The Mask of Zorro", dengan lawan main si satria bergitar Antonio Banderas, serta "Traffic." Clooney bukan pula bintang sembarangan. Ganjaran Oscar untuk film "Syriana" jadi bukti kemampuan. Tetap saja keunggulan-keunggulan itu tak menjadi jaminan mutu bagi pemasangan mereka di "Intolerable Cruelty". (eh)
• VIVAnews