Telah banyak nama besar di industri fashion lahir di empat kota besar itu. Tommy Hilfiger, Donna Karan, Louis Vuitton, sebutlah nama-nama lain dalam kancah mode internasional, nyaris didominasi wajah-wajah kreatif yang membesarkan karirnya dari empat kota tersebut.
Kapan giliran Indonesia?
Beberapa waktu lalu industri mode tanah air dibuat terkagum-kagum dengan kehadiran Tex Saverio, perancang asal Jakarta yang melambung setelah salah satu busananya digunakan sang diva nyeleneh, Lady Gaga.
Jauh sebelumnya, kita punya Oscar Lawalata yang berhasil memukau para pengamat fashion dari London Fashion Week 2009. Oscar dinobatkan sebagai pemenang International Young Fashion Entrepreneur of the Year dan menyisihkan berbagai pesaing dari delapan negara.
Kini dunia fashion Indonesia kedatangan wajah baru. Ardistia Dwiasri, baru-baru ini menampilkan hasil rancangannya dalam perhelatan fashion InStyle Style Soiree, Kamis (14/7).
Dalam peragaan yang digelar di Function Hall Plaza Indonesia ini, Ardistia memperkenalkan fashion brand miliknya, Ardistia New York dengan busana Signature Collection 2011-2012.
Para fashionista yang hadir, nampak terkagum-kagum menyaksikan hasil rancangan Ardistia. Namun tak sedikit yang bertanya-tanya, siapa Ardistia?
Ardistia menamatkan gelar sarjana dan masternya di bidang Industrial and Manufacturing Engineering dari Northeastern University, Boston. Wanita bertubuh mungil ini kemudian banting setir dengan belajar fashion di Parsons the New School for Design, New York.
Rampung dari Parsons, Ardistia memulai langkah barunya di dunia mode dengan bekerja pada sejumlah desainer ternama dunia. Dia sempat menjalani program internship di rumah mode Diane von Furstenberg, menjadi freelancer di Gap and Ann Taylor, serta sebagai technical designer untuk Tommy Hilfiger.
Tahun 2006, dia mendirikan Ardistia New York, sebuah brand yang memfokuskan diri pada wanita berusia 25-55 tahun yang enerjik dan selalu tampil atraktif. Koleksinya telah dimuat di berbagai media internasional, seperti Vogue, New York Times, Harper’s Bazaar, serta Elle.
Ardistia New York telah membuka cabang di berbagai belahan dunia, seperti Amerika, Eropa, Timur Tengah, Asia. Setelah memantapkan langkahnya di kancah internasional, barulah Ardistia mantap memboyong karyanya ke kampung halaman.
Namun Ardistia menyadari, basis ilmu teknik industri yang sempat ditekuninya sedikit banyak telah mempengaruhi hasil rancangannya.
“Sesekali saya menggunakan architectural design dalam pola rancangan saya. Saya fokus ke bahan-bahan berkualitas tinggi, craftsmanship, dan clean cut yang timeless,” tuturnya.
Ya, timeless. Rancangannya yang sederhana dan minimalis nampak tak lekang dimakan tren. Konsep rancangan yang timeless juga sukses membuatnya mempertahankan pola rancangan untuk konsumsi di berbagai negara.
“Tidak ada perbedaan antara desain di luar dan di Indonesia. Saya percaya, setiap wanta menginginkan konsep berbusana yang praktis dan effortless chic,” ungkapnya.
Semoga Ardistia bukan orang terakhir yang melambungkan nama Indonesia di pasar fashion internasional, agar salah satu kota di nusantara dapat bersanding dengan pusat mode dunia lainnya.
(rere/gur)
Tabloidbintang